Kamis, 16 Agustus 2007

Fenomena

Bingung mau mulai dari mana, sedih..sedih sekali hari ini. bingung apa yang harus kami lakukan. malam ini tepat malam 17 agustus, hampir setiap desa mengadakan acara peringatan dan doa bersama untuk pahlawan. ya itulah fenomena yang ada.

Ba'da maghrib ini acara peringatan 17san mulai dilaksanakan didesa bonjotan, padahal 15 menit kumandang adzan isya akan terdengar. Pada waktu sholat maghrib hampir tidak ada warga yang tergerak hatinya untuk sholat dimasjid (hanya 3 anak putri yang datang). semuanya asik dirumah masing2. Aneh bin Ajaib ba'da maghrib tepatnya pukul 18.39 bapak2 warga berdatangan ke salah satu rumah warga yang tepat disebelah masjid untuk melaksanakan tahlilan sebagai salah satu dari rangkaian acara malam ini. hampir semua bapak2 didesa bonjotan datang pada acara tersebut.
Tibalah waktu adzan isya, segera salah satu dari kami melantunkan adzan dan terlihat bapak2 warga bonjotan masih "khusyuk" melaksanakan tahlilan. Bertepatan dengan selesainya kumandang adzan acara tahlilanpun selesai. Dan sekali lagi Aneh bin Ajaib tidak ada seorangpun yang mau hadir ke masjid untuk sholat isya berjama'ah. Kami benar2 mengelus dada, tidak habis pikir kenapa mereka begitu semangat untuk hadir dalam acara yang tidak ada tuntunanya dari Allah maupun Rosul-Nya dan mereka meninggalkan kewajiban yang jelas2 ada tuntunannya....?
Satu lagi yang benar2 membuat kami ingin menangis. Tepat pada roka'at kedua terdengar suara musik yang keras sekali tepat disamping masjid (tempat acara pelaksanaan malam 17 agustusan). Begitu parahkah keadaan warga disini? sampai2 tidak menghormati orang yang sedang menghadap kepada Robnya.
Hanya do'a yang bisa kami panjatkan kepada Allah untuk mereka. Semoga Allah membukakan pintu hati mereka. Amin......

3 komentar:

Muhammad Fachriansah mengatakan...

Iya si mas, kalo mbayangin cerita mas umar emang rasanya garang dengan tingkah warga sesama muslim yang demikian. Tapi, sesungguhnya itu adalah PR buat masumar dan teman-teman yang ada di bonjotan untuk berdakwah pada mereka. Jangan sampai kita tinggal satu desa, tapi tidak saling mendakwahkan satu sama lain. Ya tentunya kalau teman-teman dibonjotan mampu untuk melakukan dakwah itu...

Muhammad Fachriansah mengatakan...

Iya si mas, ana juga bisa ngerasain apa yang mas ceritain itu. Memang membuat kita sedikit garang. Tapi bagaimana ya mas. Sebenarnya, teman-teman bonjotan harusnya bisa berdakwah kepada mereka, tapi kalau itu seandainya mampu. Tapi kalo ga didakwahi, ana takutnya kita nantinya membiarkan kemaksiatan disekeliling kita..

abdi_llah mengatakan...

Alhamdulillah ana dan teman2 sudah pernah mengajak warga melalui Ibu RT untuk belajar agama, minimal ya mengaji lah...
Itu lho waktu ana ngasih usul ke temen2 putri, mereka kan sudah mau untuk melatih ngaji ibu2 terus ana coba melobi Ibu RT untuk acara tersebut tapi ternyata sampai saat ini ana belum mendapat jawaban yang pasti. pernah sih ana tanyakan ulang, kata bu RT ibu2nya belum siap. ya karena jawabannya gitu kita nggak bisa memaksa mereka untuk belajar.
ana juga sudah pernah dengar dari salah satu teman, katanya ada warga yang ngomong bahwa mereka itu "ANEH" ngelihatin kita2 yang sering pergi ke masjid dan nggak mau datang ke acara yasinan, tahlilan atau sejenisnya. mereka juga aneh melihat teman2 putri yang pake kerudung besar2.
ana dan teman2 belum berani untuk menjelaskan kepada mereka tentang Tidak adanya tuntunan mengenai acara yasinan, tahlilan dan sejenisnya. ya mungkin karena ilmu yang belum cukup ataupun mental yang belum berani. ana hanya berani menjelaskan mengenai hal tersebut kepada Ibu Sugi dan 3 anak putri yang sering ke masjid dan alhamdulillah mereka sudah lumayan faham.