Minggu, 11 November 2007

Perumpamaan Aqidah Yang Kokoh

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata : “ Barangsiapa ingin membuat bangunan yang tinggi menjulang maka dia harus mengokohkan pondasinya, membuat dengan tepat serta memperhatikan benar-benar kekuatannya. Karena sesungguhnya bangunan yang tinggi butuh pondasi kuat dan kokoh. Amal perbuatan serta derajat kemuliaan manusia adalah sebuah bangunan sedangkan pondasinya adalah iman”.
Asas agama islam menurut Ibnul Qoyyim Rahimahullah terdiri atas 2 yaitu :
1. Mengenal Allah, perintah-Nya, nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya dengan benar.
2. Memurnikan ketundukan kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya, tidak kepada yang lainnya.
Dalam kitab Badaa’iul Fawaa’id dalam tema “ Syajaratul Ikhlaash”(Pohon Keikhlasan) , menjelaskan :
“Tahun itu bagaikan sebatang pohon, bulan-bulannya adalah dahan, hari-harinya adalah ranting, jam-jamnya adalah daun, dan nafas detak jantungnya adalah buahnya. Barangsiapa yang waktu-waktunya dihabiskan dalam kemaksiatan maka pohonnya akan berbuah pahit. Hanya saja untuk mengetahui buah mana yang manis atau pahit dapat diketahui pada musim panen ketika semua buah dipetik, yaitu pada hari yang dijanjikan.
Ikhlas dan Tauhid bagaikan sebatang pohon didalam hati manusia, dahannya adalah amal perbuatannya, sedang buahnya adalah kehidupan yang bahagia didunia dan kenikmatan yang abadi di akhirat. Sebagaimana pohon yang ada dalam surge yang terus berbuah, tak pernah berhenti, juga tidak terlarang diambil, buah dari pohon tauhid dan ikhlas didunia ini demikian pula; tidak pernah terputus buahnya dan tidak pernah terlarang dicicipi.
Syirik, dusta dan riya’ adala juga pohon didalam hati manusia. Buahnya didunia ini adalah rasa takut, kegelisahan, kesempitan hati, dan gelapnya hati. Sedangkan buahnya diakhirat adalah zaqqum (makanan alhi neraka) dan azab yang kekal. Kedua pohon inilah yang disebutkan Allah didalam Al-Qur’an surat ibrohim ayat 24-27.”
Dalam surat Inrohim ayat 24-27 menjelaskan bahwasanya perbaikan yang harus dilakukan pada diri seseorang adalah dimulai dari perbaikan Tauhid dan diakhiri dengan tauhid dan diantara awal dan akhirnya pun harus dipenuhi dengan tauhid.
Syaikh Mubarak Al Maili –ketua Ikatan Ulama Muslimin aljazair-berkata : “ Seseorang tidak cukup jika hanya menyatakan tauhid dengan dua kalimat syahadat saja, tapi dia juga harus pula menafikan penyembahan kepada banyak illah dan berhukum hanya kepada orang yang diutus oleh Allah saja (yakni Rosulullah saw)”
Pernyataan dari syaikh Mubarak merupakan sebuah pernyataan bahwasanya seseorang belum bisa dikatakan bertauhid sepenuhnya apabila ia hanya bersyahadat dengan lisannya namun ia belum menfikan atau mengingkari perkara syirik yang biasa dilakukan banyak kalangan akhir-akhir ini. Sebagaimana pula sebuah nasehat yang diberikan oleh Luqman kepada anaknya yaitu sebuah wasiat untuk meninggalkan kesyirikan. “ Wahai anakku, janganlah kalian menyekutukan Allah. Sesungguhnya kesyirikan itu adalah kezaliman yang besar.” (QS. Luqman : 13)
Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai berbagai macam yang wasiat yang disampaikan oleh seseorang, dimana biasanya sebuah wasiat diberikan pada saat nyawa telah sampai pada kerongkongan yaitu ketika seseorang sedanga mengalami sakaratul maut. Diantara mereka ada yang mewasiatkan kepada istrinya untuk menjaga harta bendanya yang akan ditinggalkannya. Ada yang berwasiat kepada orang yang dicintainya agar kedudukan dan kekuasaannya tetap dipelihara dan dipertahankan. Ada juga yang mewasiatkan kepada anak-anaknya untuk selalu menjaga hubungan baik terhadap saudara-saudaranya. Akan tetapi, sebaik-baik wasiat seorang hamba adalah wasiat untuk senantiasa beribadah kepada Allah (tauhid), karena itulah wasiat para nabi dan rosul dikala mereka hendak menghadap Allah dan meninggalkan dunia yang fana ini. Sebagaimana firman Allah ta’ala dalam surat Al-Baqoroh ayat 132-133 :
“Dan Ibrohim telah mewasiatkan itu kepada anak-anaknya; demikian pula Ya’kub. (Ibrohim berkata) : ‘Hai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan memeluk islam.’ Adakah kamu hadir ketika Ya’kub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya : ‘Apakah kamu sembah sepeninggalku? Mereka menjawab : ‘Kami akan menyembah Rabb-mu dan Rabb nenek moyangmu, Ibrohim, Isma’il, dan Ishaq, (yaitu) Rabb Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk kepada-Nya”. (QS. Al-Baqarah : 132-133)

Diambil dari Kitab Sittu Duror (Landasan Membangun Jalan Selamat)
Karya ‘Abdul Malik bin Ahmad Ramdhani

Tidak ada komentar: