Minggu, 22 Juli 2007

Teruntuk Sahabatku

Deden, sahabat yang selalu aku ingat. senang rasanya bersahabat dengannya. tiap saat kita memerlukan bantuannya, belum pernah aku mendengar kata "maaf, aku ga bisa membantu" atau sejenisnya. pastilah dia akan berkata "insya Allah".

Ramadahan 2004 adalah awal kami berkenalan, bermula dari sebuah dispenser yang digunakan dalam acara RDK akhirnya kami kenal dan semakin akrab. cerita&canda selalu bersama. untuk mempererat persahabatan kami, dibuatlah kesepakatan untuk saling mengingatkan, misal : sholat lail, saum senin kamis, hafalan alqur'an dan sebagainya. dikampus, dimasjid dan pergi makan kami bersama2. sampai teman2ku bilang, kami berdua seperti saudara kembar (emang kita kembar den?). senang sekali kalo mengingat kenangan2 tersebut.

Setahun sudah persahabatan kami terjalin, sampai suatu saat dia pulang kampung. entah mengapa aku merasa bahwa persahabatan kami akan berakhir. sedih menyelimuti diri ini, tak terasa air mata menetes saat sujud, semakin lama semakin banyak air mata yang keluar dalam sholatku.
malam harinya, deden telp katanya dia sedang nonton konser iwan fals di TV(ya waktu itu dia masih gemar mendengarkan musik). senang rasanya mendapat kabar bahwa sahabatku selalu dalam lindungan Allah.

waktu liburanpun telah usai, akhirnya dia datang ke jogja. kami saling cerita saat2 liburan kami, cerita tentang orangtua dan keluarga. hingga suatu saat, entah mengapa sikap dia mulai berubah. dia muali jarang mengingatkanku bila aku melakukan kesalahan, kami jarang lagi mengulang hafalan kami, tidak saling mengingatkan waktu sholat lail dan sebagainya.

Hingga suatu saat pertengkaranpun terjadi. aku tidak tahu siapa yang memulainya. saat itu kami tergabung dalam kepanitiaan dikampus dan kami diamanhi jadi bendahara kegiatan. hingga akhirnya karena pertengkaran kami terjadilah kesalahfahaman antara dia dengan sekretaris kegiatan(Dhoni). akhirnya kami bertiga berkumpul dan menjelaskan apa yang terjadi antara aku dan deden, alhamdulillah salah faham dengan dhoni berlalu juga. sebelum dia meninggalkan kami, dia berkata "abdi jangan sedih dan jangan nangis, pasti akan ada jalan keluarnya". dhoni adalah satu dari teman2ku yang tahu betul sifatku.

Akhirnya deden mengambil keputusan untuk keluar dari kepanitiaan. apa boleh buat,itu adalah keputusan dia. Sejak saat itulah persahabatan kami tidak semanis dahulu. Setahun kami saling diam tanpa tegur dan sapa, padahal kami satu jurusan bahkan sering satu kelas dan kami juga satu organisasi dikampus. Mungkin karena ego kami masing2 kami tidak mau saling sapa.
Tak tahan rasanya bertengkar dengan sahabathingga berlarut2. awal tahun 2006 aku mencoba untuk minta maaf dan memperbaiki kembali persahabatan kami. ternyata hal itu tidak semudah yang dibayangkan, kami masih saling merasa enggan untuk tegur sapa walaupun dari mulut kami telah terucap kata maaf.

Sedih rasanya jika mengingat hal tersebut karena hingga tulisan ini dibuat kami jarang sekali bercanda walaupun kami duduk bersebelahan. Hanyalah Allah yang Maha mengetahui isi hati dari semua hamba-Nya.

Deden, aku akan menganggapmu sebagai sahabatku walaupun kamu tidak menganggapku sebagai sahabatmu lagi. Den, maaf jika aku telah menyakiti parasaan kamu.....
Semoga Allah selalu menjaga silaturrahim kita.........
insya Allah................

Tidak ada komentar: